MENGATASI KECEMASAN SISWA UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Nurina Hidayati
|
Program Studi Pendidikan Fakultas Teknik, Matematika, dan IPA
|
Universitas Indraprasta PGRI
|
Abstrak. Tujuan artikel ini adalah untuk
mengetahui apa itu kecemasan dan bagaimana cara mengatasi kecemasan siswa untuk
meningkatkan motivasi belajar dalam pembelajaran matematika. Pembelajran
matematika sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Seorang siswa yang
kurang termotivasi karena sebuah kecemasan dalam menghadapi pelajaran akan
mempengaruhi hasil belajar yang kurang maksimal. Ada beberapa cara untuk
mengurangi kecemasan siswa, yaitu menanamkan rasa percaya diri pada siswa, dan
seorang guru harus bersikap dan bertingkah laku yang baik saat berhadapan
dengan siswa.
Kata
Kunci: Kecemasan, Motivasi Belajar, Pembelajaran Matematika.
PENDAHULUAN
Pasal
1 ayat 1 UU Sisdiknas RI No. 20 Tahun 2/003 dalam Annisa Khuzaimah dan Leonard,
pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Fitri
Wulandari dan Leonard (2015) menyatakan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan di
Indonesia salah satunya adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas, yang cerdas intelektualnya, kreatif, inovatif, dan mempunyai iman
dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Matematika
memegang peranan yang sangat penting dalam pendidikan. Ismail dkk (Hamzah dan
Muhlisrarini, 2014: 48) dalam Anggi Rosanti, “Matematika adalah ilmu yang
membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik,
mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur,
sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur dan alat.
Sampai
saat ini masih saja terdengar tentang sukarnya siswa menguasai materi
matematika. Tidak hanya pada saat pendidikan dasar sampai menengah, tetapi
juga pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Banyak siswa yang mengeluh dan
kurang tertarik mempelajari matematika. Mereka menganggap matematika adalah pelajaran yang menakutkan
karena penuh dengan hitungan dan rumus-rumus yang rumit. Hal tersebut membuat
siswa enggan dan cemas saat mempelajari matematika..
Kecemasan
adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan akan apa
yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun
hal-hal yang aneh. Deskripsi umum akan kecemasan yaitu “perasaan tertekan dan
tidak tenang serta berpikiran kacau dengan disertai banyak penyesalan.” Hal ini
sangat berpengaruh pada tubuh, hingga tubuh dirasa menggigil, menimbulkan
banyak keringat, jantung berdegup cepat, lambung terasa mual, tubuh terasa
lemas, kemampuan berproduktivitas berkurang hingga banyak manusia yang
melarikan diri kea lam imajinasi sebagai bentuk terapi sementara (Musafir, 2015:512)
Kecemasan
matematika disebut dengan istilah mathematic
anxiety. Kecemasan atau perasaan tidak menyenangkan siswa terhadap
matematika tidak bisa dikatakan hal yang biasa. Karena akan merugikan guru dan
siswa itu sendiri. Ketika siswa dihadapkan dengan materi matematika dan siswa
tidak bisa menguasainya, ini akan menyebabkan hasil belajar siswa yang rendah.
Sikap dan perlakuan guru yang kurang bersahabat saat mengajarkan materi
matematika, sarana dan prasarana siswa yang kurang memadai, pemberian tugas
yang padat oleh guru karena sebuah target penyelesaian materi padahal siswa
belum terlalu memahami materi yang diberikan, merupakan penyebab timbulnya
kecemasan dalam diri siswa saat mengikuti pelajaran matematika. Hal ini akan
menurunkan minat belajar siswa terhadap pembelajaran matematika, dan otomatis
hasil belajarnya pun tidak akan maksimal.
Pada
artikel yang berjudul Mengatasi Kecemasan Siswa untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar dalam Pembelajaran Matematika ini akan penulis bahas tentang cara
mengatasi kecemasan-kecemasan tersebut. Dan tujuannya adalah sebagai
pengetahuan calon guru pada penulis khususnya, dan pada umumnya agar pembaca
mengetahui apa yang menyebabkan kecemasan tersebut berlangsung dan bagaimana
cara mengatasinya.
PEMBAHASAN
A.
KECEMASAN
1. Pengertian
Kecemasan
Spielberger (1966) dalam buku Belajar dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi, membedakan kecemasan atas dua bagian;
kecemasan sebagai suatu sifat (trait
anxiety), yaitu kecenderungan pada diri seseorang untuk merasa terancam
oleh sejumlah kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya, dan kecemasan sebagai
suatu keadaan (state anxiety), yaitu
suatu keadaan atau kondisi emosional sementara pada diri seseorang yang
ditandai dengan perasaan tegang dan kekhawatiran yng dihayati secara sadar
serta bersifat subyektif, dan meningginya aktivitas sistem saraf otonom.
Tya Anggraeni (2012) menyimpulkan bahwa kecemasan
merupakan kumpulan dari berbagai kondisi fisiologis dan psikologis sehingga
menimbulkan berbagai macam reaksi di dalam diri individu, seperti: gemetar,
banyak keringat, mual, sakit kepala, palpitasi, rasa takut, rasa tegang,
khawatir, bingung, dan lain sebagainya.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa kecemasan adalah suatu keadaan yang terjadi dalam diri seseorang karena
merasa terancam oleh kondisi yang tidak berbahaya, ditandai perasaan tegang,
rasa takut dan khawatir, yang akan menyebabkan kegagalan dalam karir seseorang.
2. Proses
Terjadinya Kecemasan
Faktor
penyebab timbulnya kecemasan menurut Collins dalam Fahriah Safarini, antara
lain:
a.
Threat (ancaman) baik ancaman terhadap
tubuh, jiwa atau psikisnya (seperti kehilangan kemerdekaan, kehilangan arti
kehidupan) maupun ancaman terhadap eksistensinya (seperti kehilangan hak).
b.
Conflik (pertentangan) yaitu karena
adanya dua keinginan yang keadaannya bertolak belakang, hampir setiap dua
konflik, dua alternatif atau lebih yang masing-masing mempunyai sifat approach
dan avoidance.
c.
Fear (ketakutan), kecemasan sering
timbul karena ketakutan akan sesuatu, ketakutan akan kegagalan menimbulkan
kecemasan, misalnya ketakutan akan kegagalan dalam menghadapi ujian atau
ketakutan akan penolakan menimbulkan kecemasan setiap kali harus berhadapan
dengan orang baru.
d.
Unfilled Need (kebutuhan yang tidak
terpenuhi) kebutuhan manusia begitu kompleks dan bila ia gagal untuk
memenuhinya maka timbullah kecemasan.
Dapat
disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan kecemasan antara lain adanya ancaman,
pertentangan, ketakutan, dan kebutuhan yang tidak terpenuhi pada diri
seseorang.
3. Dampak
Kecemasan
Menurut Hartanti (1997) dalam Tya, kecemasan akan
membawa individu mengantisipasi situasi ketakutan yang tak berbahaya,
membersar-besarkan bahaya atau resiko sehingga dapat menghambat kegiatan
individu dalam menjalani kehidupannya.
Sementara menurut Horney dalam Tya, individu yang
mengalami kecemasan akan terus-menerus membentuk defens (pertahanan) di dalam
dirinya untuk melawan lingkungan yang dianggap tidak adil dan kejam terhadap
dirinya. Perlawanan yang dilakukan oleh individu terhadap lingkungannya akan
membuat individu semakin tidak mempunyai kekuatan untuk mengubahnya, dan dapat
melemahkan kemampuannya dalam menumbuhkan kepercayaan pada dirinya.
Dari dua pendapat ahli di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa dampak kecemasan akan menghambat kegiatan seseorang dalam
menjalani aktivitas, dan dapat melemahkan kemampuannya dalam menumbuhkan
kepercayaan pada dirinya dalam sebuah lingkungan.
4. Cara
Mengatasi Kecemasan
Menurut
Akhmad Sudrajat (2008), upaya-upaya untuk mencegah dan mengurangi kecemasan
siswa di sekolah dapat dilakukan melalui:
a.
Menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan.
b.
Sewaktu-waktu ajaklah siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran di luar kelas.
c.
Dihadapan siswa, guru akan dipersepsi
sebagai sosok pemegang otoritas yang dapat memberikan hukuman. Oleh karena itu,
guru harus berupaya untuk menanamkan kesan positif dalam diri siswa, dengan
hadir sebagai sosok yang menyenangkan, ramah, cerdas, penuh empati dan dapat
diteladani, bukan menjadi sumber ketakutan.
d.
Mengoptimalkan pelayanan bimbingan
konseling di sekolah.
e.
Melakukan kegiatan selingan melalui
berbagai atraksi “game” tertentu, terutama dilakukan pada saat suasana kelas
sedang tidak kondusif.
Cara
lain yang dapat meminimalkan kecemasan siswa, dapat dilakukan dengan cara
menanamkan rasa percaya diri dalam diri siswa, seorang guru harus bisa
menjadikan kelas yang nyaman dan menyenangkan sehingga siswa akan aktif
belajar, dapat juga dengan menanamkan rasa tanggung jawab kepada siswa.
MOTIVASI BELAJAR
Eysenck
dkk. dalam Slameto (2013:170) merumuskan motivasi sebagai suatu proses yang
menentukan tingkatan, kegiatan, intensitas, minat, konsistensi, serta arah umum
dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan
konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya.
Motivasi
akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia,
sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga
emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan situasi. Semua ini didorong
karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan (Sardiman, 2012: 75).
Umar
dan La Sulo (2008: 51) “belajar diartikan sebagai aktivitas pengembangan diri
melalui pengalaman, bertumpu pada kemampuan diri belajar di bawah bimbingan
pengajar”.
Belajar
merupakan pengembangan pengetahuan baru keterampilan dan sikap ketika seseorang
individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan (Hawa dan Yogi, 2013:
85).
Menurut
Slameto (2013: 2) “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut
Ari Irawan dan Chatarina Febriyanti (2015) menyatakan bahwa belajar merupakan
suatu proses latihan secara terus menerus dan berkesinambungan sehingga
menghasilkan suatu perubahan ke arah yang lebih baik.
Dapat
disimpulkan dari beberapa pendapat di atas, bahwa belajar adalah suatu proses
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh pengetahuan maupun perubahan yang
dapat membawa seseorang tersebut menjadi lebih baik, seperti keterampilan,
sikap, pemahaman dan kemampuan lainnya, di bawah bimbingan pengajar. Sedangkan
motivasi belajar adalah proses memperoleh pengetahuan untuk meningkatkan minat,
sehingga tujuan yang diinginkan dalam pembelajaran dapat tercapai secara
optimal, dan semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan, atau
keinginan.
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Menurut
Suriasumantri (2005: 190) dalam Nanik Sudjarwati Wahyuni, “Matematika adalah
bahasa yang melambangakan serangkaian makna dari pernyataan yang kita
sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artifisal yang mempunyai arti
setelah sebuah makna diberikan padanya.
Uno
(2011: 129) menyimpulkan bahwa matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang
merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan
praktis, yang unsure-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi,
generalitas dan individualitas.
Cockroft
dalam Uno (2011:129) menyatakan bahwa matematika sangat dibutuhkan dan berguna
dalam kehidupan sehari-hari, bagi sains, perdagangan dan industri, dank arena
matematika menyediakan suatu daya, alat komunikasi yang singkat dan tidak
ambisius serta berfungsi sebagai alat untuk mendiskripsikan dan memprediksi.
Matematika mencapai kekuatannya melalui simbol-simbolnya, tata bahasa, dan
kaidah bahasa (syntax) pada dirinya,
serta mengembakan pola berpikir kritis, aksiomatik, logis dan deduktif.
Dari
pendapat beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan
suatu bidang ilmu yang dikonotasikan dengan lambang-lambang, sangat dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari, baik bagi matematikawan maupun perdagangan dan
industri, dengan unsur logika, dan merupakan alat untuk memecahkan berbagai
persoalan.
Matematika
adalah bidang studi yang sangat penting. Namun banyak siswa yang kurang
termotivasi pada matematika. Matematika dianggap pelajaran yang menakutkan
dengan soal-soal yang rumit. Hal ini akan menimbulkan kecemasan pada pelajaran
matematika. Zeidner (1998) dalam Tya, menjelaskan kecemasan seseorang terhadap
pelajaran matematika dikarenakan kurangnya ketertarikan siswa terhadap
pelajaran matematika.
Sedangkan
menurut Hudoyo (tanpa tahun) dalam Tya, kecemasan siswa dalam pelajaran
matematika dipengaruhi oleh pengalaman belajar matematika yang diterima siswa
di masa lampau.
Pelajaran
matematika sering menimbulkan kecemasan pada diri siswa dan berpengaruh
terhadap motivasi belajar matematika. Di sinilah tugas seorang guru di dalam
kelas. Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa: Guru
berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya
yang berjiwa Pancasila. Dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus
dipahami oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, yakni:
tujuan pendidikan nasional. Prinsip membimbing, dan prinsip pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya. Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan
pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, tetapi juga harus memperhatikan
perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani, sosial maupun
yang lainnya yang sesuai dengan hakikat pendidikan. Ini dimaksudkan agar
peserta didik pada akhirnya akan dapat menjadi manusia yang mampu menghadapi
tantangan-tantangan dalam kehidupannya sebagai insan dewasa. Peserta didik
tidak dapat dipandang sebagai objek semata yang harus patuh kepada kehendak dan
kemauan guru (Soetjipto & Raflis, 2009).
Selain
sikap guru yang kurang bersahabat, faktor pemicu lain dapat berupa pemberian
tugas oleh guru yang berlebihan karena target kurikulum akan menurunkan minat
belajar siswa. Faktor lain adalah sarana
dan prasarana dalam proses pembelajaran. Sarana dan prasarana adalah faktor
yang sangat menentukan dalam sebuah komunikasi. Sebuah komunikasi akan berjalan
lancar dan maksimal jika dibantu sebuah alat atau media. Setiap siswa harus
mendapatkan sarana dan prasarana yang memadai sehingga mereka akan semangat
mengikuti pelajaran dan termotivasi.
Faktor
lingkungan (keluarga, sekolah dan masyarakat) juga dapat menentukan sebuah kecemasan.
Lingkungan yang aman dan tentram akan membangkitkan seorang siswa merasa nyaman
untuk belajar, tidak ada gangguan-gangguan yang akan membuat siswa merasa cemas
saat belajar.
Agar
proses pembelajaran matematika berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan, cara
meminimalkan kecemasan siswa dalam pembelajaran matematika dapat dilakukan
dengan cara menjelaskan kepada siswa mengapa harus belajar matematika, tidak
mengutamakan hafalan, pada saat pembelajaran matematika jadikan kelas yang
menyenangkan dan nyaman. Hal ini akan menumbuhkan semangat belajar siswa
terhadap matematika dan menambahkan motivasi belajar siswa saat mengikuti
pelajaran matematika.
PENUTUP
KESIMPULAN
Kecemasan adalah suatu keadaan yang
terjadi dalam diri seseorang karena merasa terancam oleh kondisi yang tidak
berbahaya, ditandai perasaan tegang, khawatir, bingung, rasa takut yang akan
menyebabkan kegagalan dalam karir seseorang. Kecemasan pada pembelajaran
matematika sangat merugikan karena motivasi siswa akan berkurang saat belajar
matematika. Matematika adalah ratunya ilmu. Jika seorang siswa mengalami
kecemasan matematika, maka hasil dari proses pembelajaran matematika tidak akan
maksimal.
SARAN
Dalam
proses belajar mengajar, khususnya pembelajaran matematika, sebuah kecemasan
harus bisa diminimalisir, agar proses pembelajaran berhasil sesuai apa yang
diharapkan. Bukan hanya seorang guru yang berperan penting dalam mengurangi
kecemasan matematika, peran orang tua di dalam rumah, keadaan lingkungan
sekolah maupun masyarakat juga berpengaruh terhadap sebuah kecemasan.
Lingkungan tersebut harus diciptakan senyaman mungkin, agar siswa tetap
termotivasi dan bersemangat untuk belajar matematika, tanpa adanya kecemasan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anggraeni, Tya. 2012. Hubungan Antara
Kecemasan dalam Menghadapi Mata Pelajaran Matematika dengan Prestasi Akademik
Matematika pada Remaja: www.gunadarma.ac.id
Irawan, Ari dan Chatarina. 2015.
Efektifitas Penggunaan Mathmagic
Terhadap Hasil Belajar Matematika. Makalah dipresentasikan dalam Seminar
Nasional Pendidikan Matematika Universitas Indraprasta PGRI, 26 Agustus 2015,
Jakarta.
Khuzaimah, Annisa dan Leonard. 2015.
Pengembangan Desain Pembelajaran Matematika Akselerasi Tingkat SD. Makalah
dipresentasikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika Universitas Indraprasta
PGRI, 26 Agustus 2015, Jakarta.
Liberna, H dan Yogi. 2013. Metode
Pembelajaran Matematika. Jakarta. Mitra Abadi dan Unindra Press.
Rosanti, Anggi. 2015. Pengaruh
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two
Stray (TSTS) dan Kreatifitas Belajar Matematika Siswa Terhadap Hasil
Belajar Matematika. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Pendidikan
Matematika Universitas Indraprasta PGRI, 26 Agustus 2015, Jakarta.
Safarini, Fahriah. 2012. Faktor-Faktor
Penyebab Kecemasan: http://elfahri.blogspot.co.id/2012/04/faktor-faktor-penyebab-kecemasan
Sardiman.2012. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar.Depok: RajaGrafindo Persada.
Slameto.2013. Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhi.Jakarta: Rineka Cipta.
Soetjipto dan Raflis.2009. Profesi
Keguruan.Jakarta: Rineka Cipta.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Upaya Mencegah
Kecemasan Siswa di Sekolah: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/01/upaya-mencegah-kecemasan-siswa-di-sekolah/
(diakses 1 Juli 2008)
Sugeng. 2013. Pengertian Kecemasan dan
Tingkat Kecemasan Menurut Pendapat Ahli. http://www.wawasanpendidikan.com/2014/09/Pengertian-Kecemasan-dan-Tingkat-Kecemasan-Menurut-Pendapat-Ahli.html
(diakses 13 September 2014)
Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 2008.
Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Uno, Hamzah.2011. Model Pembelajaran Menciptakan
Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif.Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wahjuni, Nanik Sudjarwati Wahyuni. 2015.
Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika. Makalah
dipresentasikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika Universitas
Indraprasta PGRI, 26 Agustus 2015, Jakarta.
Wulandari, Fitri dan Leonard. 2015.
Pengaruh Metode Pembelajaran Example Non Example Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Pendidikan
Matematika Universitas Indraprasta PGRI, 26 Agustus 2015, Jakarta.
maaf kak, saya mau nanya nyari buku tentang kecemasan ini dmana ya kak? tolong info nya kak, makasih kak
BalasHapus